Nasi Goreng Khas Indonesia

0 0
Read Time:7 Minute, 16 Second

Nasi Goreng

Nasi Goreng Khas Indonesia

Nasi Goreng Khas Indonesia adalah hidangan lezat yang terdiri dari nasi yang digoreng dan dicampur dengan minyak goreng, margarin, atau mentega. Biasanya ditambah dengan kecap manis, bawang merah, bawang putih, asam jawa, merica, dan bahan lain seperti telur, ayam, dan kerupuk. Variasi nasi goreng populer lainnya adalah penambahan ikan asin, yang dinikmati di seluruh Indonesia.

Nasi goreng juga terkenal sebagai makanan nasional Indonesia. Hal ini biasa ditemukan di warung makan pinggir jalan, gerobak makanan berkeliaran, serta restoran dan meja prasmanan saat perayaan pernikahan di Indonesia.

Pada tahun 2011, jajak pendapat online yang dilakukan oleh CNN International, dengan partisipasi 35.000 orang, menempatkan nasi goreng di peringkat ke-48 dalam daftar ’50 Makanan Paling Lezat di Dunia’, menyusul nasi bebek hitam khas Madura.

Sejarah Nasi Goreng Khas Indonesia

Asal muasal Nasi Goreng Khas Indonesia sejajar dengan versi nasi goreng lainnya, berfungsi sebagai cara untuk menghindari pemborosan nasi. Menggoreng nasi membantu mencegah penyebaran kuman, bakteri, dan mikroba berbahaya, khususnya pada teknologi pra-pembekuan di Indonesia, sekaligus menghindari keharusan membuang makanan berharga. Secara tradisional, Nasi goreng disajikan di rumah untuk sarapan dan secara tradisional dibuat dari sisa nasi malam sebelumnya. Selain bahan-bahan seperti bawang merah, tomat, paprika, dan cabai, nasi goreng juga bisa menggunakan potongan ayam atau sapi, biasanya sisa masakan daging sebelumnya.

Nasi Goreng Khas Indonesia sering digambarkan sebagai modifikasi dari nasi goreng Indonesia dan, seperti resep nasi goreng lainnya di Asia, diduga berasal dari nasi goreng Tiongkok Selatan. Namun, tidak jelas kapan Indonesia mulai mengadopsi nasi goreng Tiongkok dan membuat versinya sendiri. Perdagangan antara Tiongkok dan Kepulauan Indonesia telah berkembang sejak zaman Kerajaan Sriwijaya sekitar abad ke-10 dan semakin intensif pada masa Kerajaan Majapahit sekitar abad ke-15. Pada masa ini, para pendatang Tionghoa mulai menetap di Kepulauan Nusantara dengan membawa serta budaya dan masakannya. Orang Tionghoa biasanya menyukai makanan panas yang baru dimasak, dan dalam budaya mereka, membuang makanan yang tidak dimakan adalah hal yang tabu. Alhasil, nasi sisa sehari sebelumnya kerap dimasak lagi di pagi hari. Di masa lalu, Indonesia hanya mempunyai sisa beras yang dijemur untuk membuat intip atau rengginang (kerupuk beras), dan beras kering juga bisa digiling untuk membuat tepung beras.

Pengaruh Tiongkok pada masakan Indonesia dapat dilihat pada masakan seperti mie goreng, yang muncul bersamaan dengan diperkenalkannya teknik menggoreng yang memerlukan penggunaan wajan Tiongkok. Di Tiongkok, teknik menggoreng semakin populer pada masa Dinasti Ming (1368-1644 M). Pengenalan teknik penggorengan, panci Cina, dan bahkan kecap kemungkinan besar terjadi sekitar atau setelah periode ini, pada abad ke-17. Kecap biasa berasal dari Tiongkok pada abad ke-2, namun kecap manis dikembangkan di Indonesia dengan tambahan gula aren lokal yang melimpah. Kecap manis dan tambahan terasi (terasi) menjadi ciri khas yang membedakan Nasi Goreng Indonesia dengan nasi goreng Cina.

Selain pengaruh Tiongkok, ada teori lain yang menyatakan bahwa Nasi goreng sebenarnya terinspirasi dari masakan Timur Tengah yang disebut Pilaf, yaitu nasi yang dimasak dengan kuah berbumbu. Saran ini tampaknya masuk akal sehubungan dengan varian tertentu, Nasi goreng kambing Betawi, yang menggunakan daging kambing atau kambing (biasanya disukai orang Arab-Indonesia), kaya rempah, dan minyak Samin (minyak lemak sapi), yang menunjukkan pengaruh Timur Tengah.

Nasi goreng dianggap sebagai bagian dari budaya India pada masa kolonial. Penyebutan nasi goreng pertama kali muncul dalam literatur kolonial Belanda, seperti dalam cerita “Murid Hidjo” karya Marco Kartodikoromo yang dimuat di surat kabar Sinar Hindia pada tahun 1918. Disebutkan juga dalam buku masak Belanda “Groot Nieuw Vollemenggali Oost Indisch Kookbook” pada tahun 1925. Perdagangan antara Belanda dan Hindia Belanda saat itu turut mendorong mempopulerkan Nasi goreng ke seluruh dunia.

Setelah Indonesia merdeka, Nasi Goreng dianggap sebagai hidangan nasional, meski secara tidak resmi. Itu muncul di menu dan diperkenalkan, ditawarkan, dan disajikan di Restoran Teater Indonesia di paviliun Indonesia pada Pameran Dunia 1964 di New York. Howard Palfrey Jones, Duta Besar AS untuk Indonesia pada tahun-tahun terakhir Ir. Pemerintahan Soekarno pada pertengahan tahun 1960-an, dalam memoarnya “Indonesia: Mimpi yang Mungkin”, menyatakan bahwa ia menyukai Nasi Goreng. Ia menggambarkan keberaniannya mencoba Nasi goreng yang dimasak oleh Hartini, salah satu istri Soekarno, dan memujinya sebagai Nasi Goreng terlezat yang pernah ia cicipi.

Bahan-bahan Nasi Goreng Khas Indonesia

Aroma nasi goreng Indonesia membedakannya dengan nasi goreng di negara Asia lainnya, karena mengusung aroma yang sederhana dan smoky. Perbedaan ini muncul dari penggunaan kecap manis atau terkadang terasi, yang memberikan rasa lebih kuat dan pedas dibandingkan nasi goreng Cina. Biasanya nasi goreng disajikan dengan kerupuk dan bawang merah goreng untuk menambah tekstur renyah.

Bahan utama nasi goreng antara lain nasi, kecap manis, terasi bubuk, garam, bawang putih, bawang merah, cabai rawit, daun bawang, pala, kunyit, minyak sayur, bawang merah, gula pasir, terasi jahe, dan irisan timun serta tomat untuk hiasan. Beberapa resep mungkin menggunakan lada hitam, kecap ikan, atau kaldu bubuk untuk menambah bumbu dan rasa. Telur bisa dicampur ke dalam nasi goreng atau digoreng secara terpisah, baik sebagai telur mata sapi atau telur dadar, dan telur rebus juga bisa menjadi pilihan. Penambahan atau penghilangan telur biasanya merupakan pilihan pribadi, dan nasi goreng yang disajikan dengan telur goreng sering disebut sebagai nasi goreng spesial atau nasi goreng eksklusif dengan topping telur goreng.

Penyajian Nasi Goreng Khas Indonesia

Nasi goreng dapat dinikmati kapan saja, dan merupakan pilihan sarapan yang populer di kalangan banyak orang di Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Biasanya dibuat dengan menggunakan sisa nasi makan malam sebelumnya. Nasi yang digunakan untuk membuat nasi goreng dimasak terlebih dahulu dan dibiarkan dingin, oleh karena itu nasi yang dimasak sehari sebelumnya lebih disukai.

Pedagang jalanan

Meskipun nasi goreng biasanya disiapkan untuk sarapan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia, nasi goreng juga merupakan pilihan populer untuk santapan larut malam yang ditawarkan oleh pedagang kaki lima, restoran kecil, dan warung makan keliling yang tersebar di kawasan pemukiman di Indonesia. Nasi goreng selalu dimasak sesuai pesanan, karena juru masak biasanya menanyakan tingkat kepedasan yang diinginkan dari pelanggan – ringan, sedang, pedas, atau sangat pedas. Tingkat kepedasannya tergantung banyaknya sambal atau merica yang ditambahkan. Kadang-kadang, nasi goreng dalam jumlah besar dimasak sekaligus jika beberapa pesanan dengan tingkat kepedasan yang sama dilakukan secara bersamaan.

Juru masak mungkin juga menanyakan tentang telurnya – apakah telur tersebut harus dicampur dengan nasi atau disiapkan secara terpisah sebagai telur mata sapi atau telur dadar. Istilah “spesial dengan telur” menyiratkan bahwa nasi goreng terdiri dari dua butir telur per porsi, satu dicampur dengan nasi dan satu lagi dimasak terpisah sebagai telur dadar atau telur mata sapi. Selain nasi goreng, pedagang kaki lima biasanya menawarkan mie goreng (mi goreng), mie rebus (mi rebus), dan bihun tumis (kwetiau goreng).

Restoran

Nasi goreng, hidangan terkenal di restoran Indonesia dan Asia, telah mendapatkan popularitas sebagai pilihan sarapan di hotel-hotel di seluruh Indonesia. Di restoran, hidangan lezat ini disajikan sebagai hidangan utama, dilengkapi dengan telur goreng, ayam, sate, sayuran, makanan laut seperti udang atau ikan goreng, dan kerupuk. Di warung pinggir jalan setempat, dikenal sebagai nasi goreng istimewa jika disajikan dengan telur goreng. Seringkali nasi goreng dijual bersama bakmi goreng oleh pedagang kaki lima yang menawarkan kombinasi nasi goreng biasa dengan potongan kecil ayam goreng, telur dadar, sayur mayur, dan mentimun.

Berbagai restoran menawarkan nasi goreng versi uniknya masing-masing, seperti Nasi Goreng Kambing Pete, Nasi Goreng Teri Medan, Nasi Goreng Aceh, atau Nasi Goreng Udang, masing-masing diolah dengan rasa dan bahan yang berbeda.

Toko Kelontong

Berbagai merek bumbu nasi goreng tersedia di supermarket, antara lain Sajiku-Ajinomoto, Royco, dan Kokita. Bumbu nasi goreng ini terdiri dari bumbu instan yang dituangkan di atas nasi putih goreng. Di pasar saat ini, toko serba ada modern seperti 7-Eleven dan Lawson yang beroperasi di Indonesia juga menawarkan paket nasi goreng beku yang bisa dipanaskan menggunakan microwave dan dibawa pulang.

Belanda

Di Belanda, masakan Indonesia banyak ditemukan karena sejarah hubungan kolonialnya dengan Indonesia. Para migran Indonesia menyediakan masakan Indonesia untuk dikonsumsi di restoran atau dibawa pulang. Nasi goreng versi bawa pulang mudah ditemukan di supermarket. Toko-toko bawa pulang dan restoran Cina juga menawarkan nasi goreng, bersama dengan berbagai masakan Indonesia, meskipun dengan bumbu Kanton. Di negeri ini, nasi goreng telah berkembang menjadi makanan ringan yang dikenal dengan nama nasischijf. Di Flanders, istilah nasi goreng sering digunakan untuk menyebut nasi goreng dari negara Asia mana pun.

Budaya Masyarakat

“Nasi Goreng” adalah judul lagu Tante Lien, “Geef Mij Maar Nasi Goreng” (Beri Aku Saja Nasi Goreng), yang direkam pada tahun 1979. Lagu ini menampilkan hubungan sejarah kuliner antara Belanda dan Indonesia, yang menggambarkan kerinduan akan makanan. Keturunan Indo (Eurasia) yang berada di Belanda menyukai masakan Indonesia.

Nasi goreng mempunyai kedudukan penting dalam sejarah Indonesia, karena dinikmati oleh para proklamator kemerdekaan Indonesia saat menyusun dokumen proklamasi. Selain itu, Nasi Goreng juga menjadi bagian dari menu makan malam saat kunjungan Barack Obama ke Indonesia pada tahun 2010, dimana ia memuji kelezatannya bersama bakso (bakso) dan emping (kerupuk).

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
100 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %