Sate Lilit Bali Khas Indonesia

0 0
Read Time:2 Minute, 52 Second

Sate Lilit Bali

Sate Lilit Bali Khas Indonesia

Sate Lilit mewakili kelezatan khas Bali. Mahakarya kuliner ini menampilkan perpaduan harmonis antara daging babi cincang, iklan, ayam, sapi, atau bahkan penyu, dipadukan dengan parutan kelapa, santan, perasan jeruk nipis, bawang merah, dan merica. Daging cincang yang sudah dibumbui disilitkan dengan cermat pada tusuk sate bambu atau tebu, sebelum dipanggang di atas arang. Berbeda dengan tusuk sate konvensional yang ramping dan tajam, bentuk rusuk lilit yang unik dan lebar membuat daging cincang menempel secara optimal, Istilah ”lilit” dalam bahasa Bali dan Indonesia berarti ”pembungkus”, yang secara sempurna mencerminkan inti dari cara pembuatan sate ini.

Varian Sate Lilit Bali

Sebagai pulau yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, Preferensi terhadap daging babi atau ikan lebih tinggi, sedangkan daging sapi pada awalnya jarang dikonsumsi di Bali. Namun, untuk melayani pelanggan yang tidak mengonsumsi daging babi, seperti warga Muslim, restoran Bali yang berlokasi di luar Bali kerap mengganti ayam atau sapi dalam sate lilitnya. Di sentra nelayan Bali, seperti Desa kusamba yang menghadap Selat Nusa Penida, sate lilit bali berbahan dasar ikan sangat digemari.

Dua Variasi sate populer yang berasal dari Bali adalah sate lilit dan sate ikan. Sate lilit dan sate ikan asli kaya akan campuran rempah-rempah. Di Bali, hampir setiap masakan dibumbui dengan bumbu megenep yang terkenal perpaduan berbagai bumbu termasuk daun jeruk, santan, bawang putih, bawang merah, lengkuas, ketumbar, kunyit, dan cabai.

Keistimewaan Sate Lilit Bali

Kreasi kuliner yang luar biasa ini membedakan dirinya dengan sate pada umumnya. Bahan dasar hidangan istimewa ini adalah daging babi atau ikan, dicincang halus dan dicampur dengan kelapa parut, santan jeruk nipis, bawang merah, dan merica.

Bumbu sate ini juga tak kalah khasnya. Rasanya menggoda selera dengan perpaduan harmonis antara pedas, manis, dan gurih. Berbeda dengan sate kuah kacang pada umumnya, sate lilit dihias dengan medley unik berupa bawang merah, bawang putih, serai, dan daun jeruk purut.

Sate lilit biasanya disajikan bersama lauk pauk seperti ikan tuna dan nasi panas yang mengepul. Untuk semakin menambah keunikannya, diiringi dengan sambal matah, bumbu khas Bali yang terkenal, menambah sentuhan nikmat pada pengalaman kuliner secara keseluruhan.

Sejarah dan Filosofi Sate Lilit Bali

Awalnya sate lilit berasal dari Klungkung. Namun saat ini masakan tersebut dapat dengan mudah di temukan di daerah lain di Bali seperti Badung, Gianyar, dan Denpasar.

Dahulu, sate lilit hanya terbuat dari daging babi dan ikan. Hal ini disebabkan Mayoritas penduduk Bali menganut agama Hindu. Namun saat ini sate lilit bisa di buat dari daging sapi, ayam, atau bahkan penyu cincang. Perubahan ini dilakukan untuk memenuhi preferensi makanan wisatawan yang tidak mengonsumsi daging babi.

Menariknya, sate lilit menjadi bagian tak terpisahkan dari upacara persembahan masyarakat Hindu Bali yang dikenal dengan sebuat sesaji. Salah satu upacara tersebut adalah adat Caru yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan alam semesta. Selain itu, Caru juga diadakan sebagai bentuk penghormatan dan penghormatan kepada dewa-dewa Hindu di Bali.

Pada saat sesaji, sate lilit disajikan dalam jumlah ganjil. Biasanya disajikan dengan 3 atau 5 tusuk sate. Tusuk sate ini kemudian diikat mnejadi satu dan diletakan di antara lawar yang melambangkan arah mata angin. Setiap arah dijaga oleh dewa yang berbeda. Lawar ada empat jenis, yaitu hitam, putih, merah, dan hijau.

Dalam upacara akbar, sate lilit disiapkan di balai desa dan dibuat oleh 50-100 orang laki-laki. Segala Tugas, mulai dari menyembelih hewan, meracik bumbu, menusuk daging, hingga memasak, dikerjakan oleh laki-laki. Hidangan ini melambangkan kejantanan. Dahulu, kejantanan seorang laki-laki akan dipertanyakan jika tidak mampu menyiapkan sate lilit bali.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %